CHAPTER I
Temani
saya walau sebentar
farhan, Denisa dan nina saat ini sedang
duduk di sofa ruangan dimana reni dirawat. Mereka bertiga sama sama canggung
dengan keadaan yang baru saja terjadi.
“Mas aku pulang dulu. Besok pagi pagi
sekali aku harus pergi mengunjungi client di Bandung.” Pamit Denisa.
farhan dan nina sama sama memandang kea rah
Denisa yang telah berdiri dari duduknya.
“Mau saya antar?” tawar farhan.
“engga usah mas aku sudah di tunggu oleh
sopir pribadi ayah di depan.” Kata Denisa lalu pamit keluar dari ruangan.
Tinggalah farhan dan nina diruangan itu
menemani reni. Hawa kecanggungan masih
terasa diantara diantara dua manusia itu.
“Saya juga permisi dulu dong, saya
masih memiliki jadwal dinas,” kata nina yang juga hendak berdiri.
Ada perasaan kecewa pada dari farhan ketika
mendengar nina memanggil dirinya dengan sebutan dokter.
“Ninaaa….” Panggil farhan.
Nina yang hendak membuka pintu ruangan
itu, berbalik menuju arah farhan kembali.
“iya dok?” Tanya ninaa bingung.
“temani saya sebentar,” pinta farhan.
Mendengar itu , nina memundurkan
langkahnya dan kembali duduk ke sofa itu.
Hening sesaat, farhan tetap diam tak tahu
harus memulai pembicaraan dari mana. Padahal, begitu banyak yang ingin
disampaikan pada gadis yang di sampingnya itu.
“Terima kasih karena kamu sudah
menyelamatkan nyawa reni,” kata farhan
“Saya hanya sebagai perantara, yang
menyelamatkan nyawa reni itu adalah allah. Seharusnya berterima kasih
kepada allah , bukan kepada saya,” kata nina.
farhan tertegun mendengar perkataan nina.
Ingatannya kembali ke tiga tahun yang
lalu. Saat itulah dirinya mengenal nina untuk pertama kalinya.
Flashback
Hari ini adalah hari libur semester kuliah ninaa.
Sore itu dia berniat untuk mengunjungi
makam ibunya. Sudah lama dia tidak menunjungi makam ibunya karena sibuk.
Seperti biasa nina di antar oleh pak rahman. Sopir pribadi zamal.
Pulang dari makam, ia hendak menuju gerbang
keluar pemakaman. Namun langkah nina terhenti karena mendengar seseorang yang
minta tolong.
nina memusatkan pendengarannya kea rah
sumber suara. Dengan perlahan dia
mendekat kea rah segerombolan preman yang sedang mengepung seorang gadis yang
tengah ketakutan.
Dari jauh nina nelihat ketakutan dari sang
gadis. Preman itu sedang mengeluarkan pisaunya sambil mengancam agar gadis itu
tidak mengeluarkan suara.
Perlahan kaki nina gemetar, dia ingin
menolong tetapi ketakutan juga menyelimuti dirinya, karena dia melihat jumlah
preman yang cukup banyak.
Gadis itu tidak menghiraukan ancaman si
preman. Dia malah berteriak semakin keras untuk meminta pertolongan. Salah satu
preman itu mendorong gadis itu hingga tersungkur, sang gadis hanya bisa pasrah
karena badannya terasa remuk karena ulah tangan sang preman.
“gak aka nada orang yang bakal menolongmu.”
Kata salahsatu preman sambil tertawa .
Preman yang lain mulai mendekati gadis itu,
memegang bahu gadis tersebut yang sedang ketakutan.
“jangan!” pekik sang gadis ketika hijab
yang dikenakannya terlepas sempurna dari kepalanya.
Gadis itu terus menangis, tangannya tidak
bisa memberontak karena diikat dngan kuat. Pisau tersebut mendarat mulus di
pipi gadis tersebut tetapi tidak sampai melukainya.
nina semakin panik. Oleh karena
kepanikannya, syila akhinya memberanikan diri menerobos kumpulan preman itu dan
memeluk gadis tersebut. nina menutup tubuh gadis itu yang pakaiannya sobek
karena ulah sang preman. Gadis itu menangis sejadi jadinya dalam pelukan nina.
“allah bersama kita,” bisik nina
menenangkan gadis itu.
“ wah wah kita dapat mangsa baru,boss”
salahsatu dari mereka berkata.
“lo cari mati disini,?” Tanya bos mereka
pada nina sambil mengarahkan pisaunya pada wajah nina.
Dalam hati nina terus berdoa agar allah
menyelamatkan dirinya dan gadis itu.
“bereskan!,” perintah bos yang di angguki
oleh bawahannya.
Salahsatu tangan mereka memegang hijab yang dikenakan nina hendak melepaskan hijab
itu, namun tertahan karena nina menahan hijabnya agar tidak dibuka.
“lepasin!,” bentaknya pada nina
“saya engga akan memperlihatkan yang bukan
menjadi hak anda,” kata nina tak kalah
berani.
Pereman itu pun melepaskan tangannya
kemudian tertawa mengejek.
“ sekarang, keselamatan kamu berdua ada di
tangan kami.” Balasnya.
“buankah anda tahun bahwa perbuatan anda
tersebut adalah dosa besar? Apa anda
semua tidak takut kepada azab allah?,” jelas nina.
Plok plok plok
Suara tepukan tangan dari bos mereka
terdengar.
“apa lo mau ceramah disini hah?” Tanya sang
bos sambil mengarahkan pisaunya kembali kea rah wajahnya nina.
Gadis yang berada dalam pelukan nina pun
menangis . melihat gadis tersebut begitu nina pun ingin menangis, tetapi ia
tidak mau terlihat lemah di hadapan para preman tersebut.
‘Ya Allah Bantu Hamba’
Tanpa diduga, pisau
tersebut menusuk perut nina. Rasa perih mulai menjalar di perutnya.nina
meringis kesakitan.
Seketika badan nina , kehilangan tenaga.
Gadis itu pun terlepas dari pelukannya. Badannya meluruh, gentian si gadislah yang akhinya
memeluk nina karena hamper terjatuh ke tanah.
Pandangannya mulai menggelap, entah apa
yang akan terjadi setelah itu dia tidak tahu.
Sontak semua preman itu terdiam melihat kelakuan sang bos yang menancapkan
pisaunya ke perut nina.
“Boss?”
CHAPTER II